Usaha laundry kiloan, laundry rumahan, maupun laundry industri terlihat sederhana: pelanggan datang, pakaian ditimbang, dicuci, lalu dibayar. Namun, di balik aktivitas sehari-hari tersebut, banyak pemilik laundry yang menghadapi masalah keuangan.
Meski pelanggan ramai, tidak sedikit bisnis laundry yang akhirnya tutup karena pemiliknya tidak mampu mengatur arus kas dengan baik. Kesalahan kecil dalam pengelolaan uang bisa membuat usaha yang seharusnya menguntungkan menjadi merugi.
Berikut adalah kesalahan umum dalam mengatur keuangan bisnis laundry yang perlu dihindari.
1. Mencampur Uang Pribadi dengan Uang Usaha
Ini adalah kesalahan paling sering terjadi. Banyak pemilik laundry langsung menggunakan uang pembayaran pelanggan untuk kebutuhan pribadi, seperti belanja harian atau membayar cicilan rumah. Akibatnya, sulit mengetahui apakah bisnis benar-benar untung atau rugi.
👉 Solusi: Buat rekening khusus usaha laundry. Pisahkan uang pribadi dan usaha agar laporan keuangan lebih jelas.
2. Tidak Membuat Catatan Harian Pemasukan dan Pengeluaran
Tanpa pencatatan, pemilik laundry hanya mengandalkan ingatan. Padahal, setiap hari ada pemasukan dari pelanggan dan pengeluaran untuk deterjen, listrik, air, hingga gaji karyawan. Jika tidak dicatat, arus kas akan kacau.
👉 Solusi: Gunakan buku kas sederhana atau aplikasi keuangan untuk mencatat transaksi harian.
3. Tidak Menghitung Biaya Operasional dengan Detail
Banyak pemilik usaha hanya menghitung biaya besar seperti sewa tempat dan gaji karyawan, tetapi lupa memasukkan biaya kecil seperti plastik pembungkus, sabun tambahan, hingga biaya transportasi. Padahal biaya kecil ini jika diakumulasikan bisa cukup besar.
👉 Solusi: Masukkan semua biaya, baik besar maupun kecil, ke dalam laporan keuangan.
4. Menentukan Harga Jasa Tanpa Perhitungan
Kesalahan lain adalah menetapkan harga laundry per kilogram hanya mengikuti pesaing tanpa menghitung biaya produksi. Akibatnya, harga yang dipasang bisa terlalu rendah dan merugikan usaha.
👉 Solusi: Gunakan analisis Break Even Point (BEP) untuk menentukan harga yang sesuai agar tetap kompetitif tapi tetap menguntungkan.
5. Tidak Menyisihkan Dana Darurat
Mesin cuci bisa rusak, dryer bisa bermasalah, atau tagihan listrik bisa naik tiba-tiba. Jika tidak ada dana darurat, pengeluaran mendadak ini bisa mengganggu operasional harian.
👉 Solusi: Sisihkan sebagian keuntungan bulanan (misalnya 5–10%) sebagai dana cadangan.
6. Mengabaikan Penyusutan Aset
Banyak pemilik laundry menganggap mesin cuci dan dryer adalah investasi sekali bayar, padahal nilainya akan turun seiring waktu dan butuh penggantian. Jika tidak diperhitungkan, modal bisa habis ketika mesin rusak.
👉 Solusi: Hitung penyusutan aset (depresiasi) sebagai bagian dari biaya operasional.
7. Tidak Menghitung Keuntungan dengan Benar
Sebagian pemilik laundry menganggap semua uang yang masuk adalah keuntungan. Padahal, keuntungan sebenarnya adalah pendapatan dikurangi semua biaya. Jika salah menghitung, bisa terjadi ilusi profit, padahal bisnis sebenarnya merugi.
👉 Solusi: Bedakan jelas antara omzet (pendapatan kotor) dan laba bersih.
8. Tidak Membuat Laporan Keuangan Bulanan
Tanpa laporan bulanan, pemilik usaha tidak bisa mengevaluasi performa bisnis. Apakah bulan ini lebih baik dari bulan lalu? Apakah biaya semakin membengkak? Semua itu tidak akan terlihat tanpa laporan keuangan.
👉 Solusi: Buat laporan bulanan sederhana berisi total pemasukan, pengeluaran, dan laba bersih.
9. Bergantung pada Hutang Tanpa Perencanaan
Ada pemilik laundry yang membeli mesin cuci atau dryer dengan cicilan, tetapi tidak menghitung kemampuan bayar dari laba usaha. Akhirnya, cicilan membebani arus kas.
👉 Solusi: Jika menggunakan kredit atau cicilan, pastikan pembayaran cicilan tidak lebih dari 30% dari keuntungan bersih bulanan.
10. Mengabaikan Kontrol Stok Bahan
Deterjen, pewangi, dan plastik adalah kebutuhan harian. Jika pembelian tidak terkontrol, bisa terjadi pemborosan. Misalnya, deterjen habis terlalu cepat karena pemakaian boros.
👉 Solusi: Buat sistem stok mingguan agar pemakaian lebih terukur dan efisien.